counter

Kamis, 12 Maret 2015

Untuk apa belajar Islam di barat


Oleh: Fadh Ahmad Arifan

SUDAH lama di berbagai kampus bergengsi di Negara Amerika, terdapat fakultas Studi Agama (religious studies). Di fakultas itu biasanya disediakan 6 jurusan: Yahudi, Budha, Kristen, Hindu, studi islam dan filsafat agama.
Ketika melihat daftar dosen-dosen yang tercantum di website kampus, saya amati dosen untuk mata kuliah Yudaisme, Sejarah holocaust, filsafat yahudi dan studi naskah Talmud di Stanford, Yale, Harvard, California, Duke, dan Universitas Chicago, 100% diajar oleh Orang Yahudi sendiri. Tidak ada orang non Yahudi yang dibiarkan mengajar mata kuliah yang berkaitan dengan agama mereka.
Ambil contoh, seorang dosen Wanita di Universitas Stanford bernama Charollete Elisheva fonrobert, Elisheva ini Profesor yang ahli Talmud (mungkin hafal diluar kepala). Selain itu dia dosen tamu di Universitas Karl-Franzens, Austria. Satu lagi, menguasai 6 bahasa asing: Ibrani, Yunani, Latin, Inggris, Jerman dan Prancis. Benar-benar bukan sembarang dosen yang diperbolehkan mengajar di sana.
Adapun Studi Islam (Islamic studies), sejak kemunculan Orientalis, agama ini diteliti habis-habisan oleh sarjana Non Muslim. Tentu saja dengan metodologi andalan mereka seperti Filologi, Kritik Sejarah, Fenemonelogi, dan Hermeneutika. Setelah dirasa mereka “pakar” di Studi Islam, dengan disokong dana yang besar, mereka memberanikan diri membuka jurusan Studi islam.
Mereka melakukan publikasi besar besaran baik dalam bentuk buku, majalah, ensiklopedi hingga jurnal ilmiah. Selain publikasi, mereka menawarkan beasiswa, pertukaran mahasiswa hingga suplai dana untuk pelatihan dosen.
Celakanya, generasi muda Islam yang telah menjadi sarjana, sebagian dari mereka kepincut belajar Islam kepada Orientalis, dengan memmunculkan adagium, “Belajar Islam di Barat itu ilmiah banget, sedangkan di Timur tengah ketinggalan zaman karena berbasis hafalan“. Padahal adagium ini tidak benar dan menyesatkan.
Sebaliknya, di Timur Tengah studi Islam hanya diajarkan oleh orang Islam sendiri.
Sebagaimana diawal tulisan ini bagaimana mata kuliah Yudaisme diajarkan oleh orang Yahudi sendiri.
Disamping kepentingan ilmiah, studi Islam di Timur Tengah orientasinya bukan sebatas keilmuan saja, tetapi juga diamalkan serta didakwahkan kepada orang lain. Inilah yang barangkali belum ada di kampus-kampus bergengsi di Barat.
Studi Islam dengan dibarengi amal dan dakwah akan menjadikan ilmu  yang didapat menjadi berkah dan mengalir pahalanya.
Generasi muda Islam yang bangga kuliah di Barat itu seharusnya perlu kita tanyai, ”Apakah setelah lulus, Anda menjadi kritis seperti Dr Rasidji ataukah menjadi seperti Cak Nur dan Harun Nasution?”
Jika tidak, buat apa jauh-jauh belajar Islam ke Barat, bila hasilnya menjadi penghancur kemuliaan agama ini?
Idealnya kalau kuliah ke Barat harusnya belajar sains seperti yang dilakukan Prof Dr BJ Habibie. Ia kuliah ke Jerman untuk mendalami ilmu Aeronautika sampai jenjang doktoral.
Adalah hal lucu, belajar agama Islam kepada non Muslim, yang sejatinya ia tak meyakini Islam dan hanya menganggap Islam sebatas gejala sosial, bukan agama wahyu yang bersumber dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Mudah-mudahan ini menjadi renungan kita bersama, supaya di masa depan, tidak terulang lagi kebiasaan mengirim sarjana Muslim untuk belajar Islam kepada non Muslim.*
Penulis adalah Alumni MAN 3 Malang dan kini Dosen STAI al-Yasini, Kab Pasuruan, Jawa Timur

Selasa, 10 Maret 2015

jalan Rasulullah cepat tanpa tergesa


Dari Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu anhu- ia berkata,”Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam jika berjalan badannya condong ke depan, seperti sedang turun dari tempat yang menurun” (Riwayat At Tirmidzi)
Imam At Tirmidzi menyebutkan hadits mengenai sifat jalannya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam As Syama`il Al Muhammadiyah. Dari hadits itu para ulama menyimpulkan bahwa Rasulullah berjalan dengan cepat.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah –radhiyallahu anhu-disebutkan bahwa dalam kebiasaannya, Rasulullah Shallallahu Alaini Wasallam berjalan dengan cepat namun tidak merasa kelelahan, hingga para sahabat bersusah payah untuk mengikutinya.
Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah –Shallallahu Alaihi Wasallam- memiliki fisik yang kuat. Dan langkah beliau meskipun cepat, namun bukan bentuk ketergesa-gesaan.
5 hal yag bikin hidup lebih hidup

SUDAH menjadi bagian dari sunnatullah, hidup ini fluktuatif. Kadang naik, kadang turun. Dalam bahasa iman disebut yazidu wayanqush (bertambah dan berkurang).
Bertambah dengan ketaatan yang kita lakukan dan berkurang dengan maksiat yang kita lakukan.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan kita konsep istiqomah, sehingga tidak terlalu jatuh kala turun dan tidak terlalu melejit kala bersemangat. Semua dilakukan semampu diri secara terus menerus sepanjang hayat.
Lantas apa saja yang harus kita lakukan secara istiqomah agar hidup kita lebih ‘hidup’, sehingga waktu dan hari-hari yang kita lalui benar-benar mendatangkan manfaat dan hasil yang positif?

Pertama, sholat lima waktu. Ini tidak bisa tidak, mutlak alias tidak ada kompromi. Mau dalam keadaan sakit, dalam perjalanan atau kesibukan sekalipun, sholat harus dilaksanakan.  Kenapa seperti itu ya, kok kesannya kejem amat, gak ada kompromi.
Sadarilah bahwa Allah tidak mewajibkan, kecuali hal itu mendatangkan kebaikan bagi hidup kita sendiri. Mengenai sholat ini ada ilustrasi menarik yang disampaikan Rasulullah.
Beliau bersabda, “Bagaimana pendapat kalian seandainya di depan pintu seorang dari kalian terdapat sebuah sungai. Setiap hari ia mandi lima kali di dalamnya. Apakah masih ada kotoran yang melekat di tubuhnya?”
Mereka menjawab, “Tidak ada!” Rasulullah bersabda, “Itulah perumpamaan shalat lima waktu. Dengannya Allah menghapus semua kesalahan.” (HR Bukhari Muslim).
Bisa dibayangkan, bagaimana kalau dalam sehari-semalam badan kita bersih, wangi dan sehat? Bukankah kita akan memiliki kepercayaan diri tinggi?
Demikianlah kalau sholat kita laksanakan setiap hari, tanpa bolong-bolong. Kita akan memiliki perencanaan waktu yang baik, tradisi yang positif, dan insya Allah pikiran gak neko-neko, ingin melakukan hal-hal yang justru merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Kedua, membaca Al-Qur’an. Pekerjaan ini (membaca Al-Qur’an) sepintas sederhana, tetapi tanpa kesungguhan hati, amal yang sederhana ini tidak akan mampu dilakukan dengan baik loh. Padahal, membaca Al-Qur’an akan menghindarkan diri kita dari kejahilan dan kelak di hari akhir mendapat syafaat dari Al-Qur’an.
Kalau kita mau membaca sejarah kejayaan umat Islam, anak-anak umur 10 tahun itu sudah banyak yang hafal Al-Qur’an. Dan, hidup mereka luar biasa. Tidak saja survive secara pribadi, tetapi sangat berkontribusi besar bagi kehidupan umat Islam bahkan dunia. Saintis Muslim terdahulu, hampir semua hafal Al-Qur’an. Katakanlah seperti Ibn Sina, Fakhrudin Ar-Razi, Ibn Khaldun dan lain sebagainya.
Artinya, membaca Al-Qur’an itu bisa bikin diri kita hebat. Jadi, bangunlah tradisi membaca Al-Qur’an dalam hari-hari kita. Sebab, kalau ada bacaan yang bisa menjamin kehidupan kita lebih baik dan pasti baik dunia-akhirat, itu ya hanya Al-Qur’an. So, lakukanlah.



Ketiga, silaturrahim. Nah, ini perintah yang asyik banget. Silaturrahim, dalam bahasa keren sekarang bisa disebut dengan membangun jaringan (network). Kata Muhammad Assad dalam bukunya “Notes From Qatar 3” disebutkan ‘Your Network is Your Networth’.
Artinya apa, silaturrahim itu penting bahkan dahsyat. Baik untuk urusan dunia kita maupun akhirat. Pantas saja Nabi bersabda, “Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.” (HR Bukhari).

Keempat, sedekah. Sedekah ini jangan diremehin loh. Semua orang yang sukses, merasakan betul manfaat dari sedekah ini. Maka sedekah ini harus kita latih setiap hari-hari. Kalau cerita Muhammad Assad, hidupnya semakin lebih baik semenjak dirinya selalu bersedekah. Maka kesimpulan dia satu, “Sedekah Membawa Berkah”. Lantas, bagaimana kalau ternyata kita pas-pasan saja. Tenang, sedekah tak mesti uang. Membantu teman yang kesulitan, itu sedekah. Senyum kepada sesama, itu sedekah. Jadi, banyak dan beragam bentuknya.

Kelima, Tahajud. Tahajud, ini sangat kita butuhkan. Selain akan mengangkat derajat kita di sisi Allah, doa kita pasti didengar. Selain itu, tahajud mengharuskan kita mengatur diri sedemikian rupa.
Contoh, kalau kita mau tahajud, sudah barang tentu kita harus tidur lebih awal. Untungnya apa? Kita tidak kehilangan waktu untuk nonton TV yang notabene kurang manfaat. Kemudian, kalau kita tahajud, sudah barang tentu tidak akan terlambat dalam kegiatan pagi dan siang.
Dan, yang terpenting nih, rasa percaya diri kita pasti meningkat. Karena waktu saat tahajud itu sangat tenang, udara juga sangat steril, sehingga bermanfaat banyak bagi kesehatan fisik kita.
Apabila, kita sebagai Muslim-Muslimah mampu mengamalkan lima hal ini dengan baik, setiap hari bahkan sepanjang hayat, insya Allah jiwa-raga kita akan senantiasas hidup dan terus menyala. Galau pergi, bete hilang, dan pikiran negatif minggat. Selamat membuktikan dan semoga berhasil. Wallahu a’lam.*

Minggu, 08 Maret 2015



 Larangan Minum Minuman Keras



          Pada mulanya khamr adalah minuman keras yang terbuat dari kurma dan anggur. Tetapi karena dilarangnya itu sebab memabukkan, maka minuman yang terbuat dari bahan apasaja (walaupun bukan dari kurma atau anggur) asal itu memabukkan, maka hukumnya sama dengan khamr, yaitu haram diminum.
Larangan minum khamr, diturunkan secara berangsur-angsur. Sebab minum khamr itu bagi orang Arab sudah menjadi adat kebiasaan yang mendarah daging semenjak zaman jahiliyah. Mula-mula dikatakan bahwa dosanya lebih besar daripada manfaatnya, kemudian orang yang mabuk tidak boleh mengerjakan shalat, dan yang terakhir dikatakan bahwa minum khamr itu adalah keji dan termasuk perbuatan syetan. Oleh sebab itu hendaklah orang-orang yang beriman berhenti dari minum khamr.

Begitulah, akhirnya Allah mengharamkan minum khamr secara tegas. Adapun firman Allah yang pertama kali turun tentang khamr adalah :
يَسْئَلُوْنَكَ عَنِ اْلخَمْرِ وَ اْلمَيْسِرِ، قُلْ فِيْهِمَا اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّ مَنَافِعُ لِلنَّاسِ، وَ اِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَا، وَ يَسْأَلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ، قُلِ اْلعَفْوَ، كَذلِكَ يُـبَـيّنُ اللهُ لَكُمُ اْلايتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَ. البقرة:219
Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafqahkan. Katakanlah, “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu berfikir. [QS. Al-Baqarah : 219]
Di dalam hadits riwayat Ahmad dari Abu Hurairah diterangkan sebab turunnya ayat tersebut sebagai berikut : Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah, didapatinya orang-orang minum khamr dan berjudi (sebab hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak dari nenek moyang mereka). Lalu para shahabat bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hukumnya, maka turunlah ayat tersebut. Mereka memahami dari ayat tersebut bahwa minum khamr dan berjudi itu tidak diharamkan, tetapi hanya dikatakan bahwa pada keduanya terdapat dosa yang besar, sehingga mereka masih terus minum khamr. Ketika waktu shalat Maghrib, tampillah seorang Muhajirin menjadi imam, lalu dalam shalat tersebut bacaannya banyak yang salah, karena sedang mabuk setelah minum khamr.



firman Allah yang lebih keras dari sebelumnya, yaitu :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَقْرَبُوا الصَّلوةَ وَ اَنْتُمْ سُكرى حَتّى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ. النساء:43
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat padahal kamu sedang mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. [An-Nisaa' : 43]


Kemudian orang-orang masih tetap minum khamr, sehingga mereka mengerjakan shalat apabila sudah sadar dari mabuknya. Kemudian diturunkan ayat yang lebih tegas lagi dari ayat yang terdahulu :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْآ اِنَّمَا اْلخَمْرُ وَ اْلمَيْسِرُ وَ اْلاَنْصَابُ وَ اْلاَزْلاَمُ رِجْسٌ مّنْ عَمَلِ الشَّيْطنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ اْلعَدَاوَةَ وَ اْلبَغْضَآءَ فِى اْلخَمْرِ وَ اْلمَيْسِرِ وَ يَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَ عَنِ الصَّلوةِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ. المائدة:90-91
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). [QS. Al-Maidah : 90-91]


Dari ayat-ayat diatas, sudah jelas bahwa Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan khamr dengan pengharaman yang tegas. Dan bahkan peminumnya dikenai hukuman had. Rasulullah SAW menghukum peminum khamr dengan 40 kali dera, sedangkan Khalifah Umar bin Khaththab dimasa kekhalifahannya menetapkan hukuman dera 80 kali bagi peminum khamr, setelah bermusyawarah dengan para shahabat lainnya,











Era 2000 hingga 2009 menjadi musim ‘panas’ bagi tema-tema futuristik. Banyakbuku yang mengupas tentang tanda-tanda kiamat, akhir zaman, Imam Mahdi, Dajjal dan topik semisal yang diterbitkan dan beredar luas di masyarakat. Mungkin lebih dari 70 judul buku-buku bertemakan akhir zaman yang telah terbit. Lalu memasuki tahun 2010 tema-tema tersebut mulai berkurang kuantitasnya. Namun tak lama setelah itu kita dikejutkan dengan apa yang tengah terjadi di Timur Tengah. Arab Spring atau angin revolusi Arab berhembus sedemikian kencangnya menerpa negara-negara teluk. Beragam analisa dan spekulasi tentang makin dekatnya tanda-tanda akhir zaman semakin ramai dibicarakan. Dan buku-buku dengan tema akhir zaman mulai membanjiri kembali ranah publik dengan berbagai corak dan ragam. Semua seakan berlomba untuk menyuguhkan yang menarik kepada pembaca. Berbeda dengan buku-buku akhir zaman yang telah beredar luas, ada banyak hal menarik tentang akhir zaman yang sangat luar biasa yang dikupas dalam buku ini. Tidak seperti para penulis dan pemerhati tentang tema-tema futuristik yang ada, Dr. Ahmad Al-Mubayyadh telah melakukan pengkajian yang sangat mendalam dengan manhaj yang lurus, sehingga mengantarkan para pembaca pada pemahaman yang shahih.